Imanuel Allah Beserta Kita dan Keluarga Kita
Matius 1:21-25
“Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel - yang berarti: Allah menyertai kita.”
Matius 1:23 TB
Tidak dapat dipungkiri bahwa perayaan Natal merupakan momen yang indah dan menyenangkan di penghujung tahun. Atmosfir sukacita dan keceriaan tersebar dimana-mana dan semua orang, termasuk yang non-Kristiani, merasakan hal yang sama. Natal, yang merupakan peringatan lahirnya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat dunia, menjadi momen dan anugerah yang indah untuk mengenal Kristus. Dia datang untuk ada beserta dengan kita, termasuk beserta dengan keluarga kita.
Kisah Natal selalu dimulai dari Matius 1. Tetapi seringkali bagian dari Matius 1:1-17, yaitu silsilah Tuhan Yesus, tidak terlalu dibahas. Jika kita perhatikan baik bagian tersebut, kita akan mendapati bahwa ternyata nenek-moyang duniawi Yesus bukanlah orang-orang yang sempurna atau sukses, bahkan menurut standar dunia saat ini. Perhatikanlah nama seperti Adam (pendosa pertama), lalu Abraham (pernah berbohong mengenai status istrinya), lalu ada Yehuda (yang meniduri menantunya sendiri), ada Rahab (wanita sundal dari Yerikho), ada Salomo (yang istrinya ratusan) dan seterusnya.
Sesungguhnya setiap nenek-moyang Yesus mempunyai kecacatan disana-sini. Tetapi silsilah yang “tidak sempuna” itu terpulihkan pada ayat 16, saat Yesus hadir dalam keluarga Yusuf dan Maria. Kehadiran Yesus dalam kehidupan Yusuf dan Maria, membuat perbedaan yang nyata dengan kehidupan para pendahulu mereka. Kehadiran Yesus dalam keluarga kita pun, akan membuat perbedaan dan membawa sukacita surgawi.
Belajar dari kehadiran Yesus yang membawa perubahan positif pada kehidupan keluarga Yusuf dan Maria, demikian juga kiranya terjadi kepada keluarga kita di musim Natal yang penuh sukacita ini.
MENJADI KELUARGA YANG SELALU MENDENGARKAN, PERCAYA DAN TAAT KEPADA TUHAN
Pada awalnya Yusuf meragukan apakah Maria benar mengandung dari Roh Kudus (Matius 1:18-19). Tetapi Yusuf mendengarkan apa yang dikehendaki Allah yang disampaikan malaikat Gabriel kepadanya, dan ia percaya (Matius 1:24). Kalau kita baca sejarah keluarga Yusuf-Maria selanjutnya, kita akan mendapatkan bahwa keluarga ini selalu setia mendengarkan, percaya dan taat melakukan apa yang Allah perintahkan dan kehendaki. Perjalanan hidup Yusuf, Maria dan Yesus tidaklah mudah, tetapi jelas ada penyertaan Allah yang luar biasa bersama mereka.
Hendaklah demikian dengan keluarga kita. Mari jadikan keluarga kita sebagai keluarga setia melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Mari jadikan keluarga kita sebagai keluarga yang suka membaca firman Tuhan melakukannya dan percaya kepada tuntunan Roh Kudus. Memang, terkadang apa yang Tuhan minta untuk keluarga kita lakukan sepertinya tidak masuk akal. Tetapi percayalah kepada Tuhan; Dia tidak akan meminta keluarga kita untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna. Kasih-Nya kepada kita dan keluarga kita sangat besar. Ingatlah, Allah Sang Putra itu datang justru untuk memastikan ada sukacita dan kekuatan senantiasa dalam hidup dan keluarga kita. Sukacita Natal bukan hanya kita rasakan di bulan Desember saja, tetapi sepanjang hidup kita dan keluarga kita, karena Yesus-lah Imanuel: Tuhan yang senantiasa beserta dengan kita.
MENJADI KELUARGA YANG BERPUSAT KEPADA TUHAN YESUS
Allah Sang Putra, Tuhan kita Yesus Kristus hadir dalam kehidupan Yusuf dan Maria. Tetapi tidak berhenti disitu, Yusuf dan Maria -pun senantiasa menjadikan Yesus sebagai sentral dalam kehidupan mereka, bukan karena Dia adalah anak mereka, tetapi karena Dia adalah Tuhan yang berinkarnasi/menjelma jadi manusia. Yusuf dan Maria benar-benar menyadari arti penting “Imanuel” – Allah beserta kita – dalam kehidupan keluarga mereka.
Lukas mencatat dalam Lukas 2:41-52, ketika Yesus sepertinya hilang dan tertinggal di Bait Allah, Yusuf dan Maria segera mencari-Nya. Tertera dengan jelas pula pada ayat 51-52,
“Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”
-- bahwa Yesus menjadi sentral dalam kehidupan keluarga Yusuf dan Maria.
Kita bisa merasakan dari ayat-ayat yang menjelaskan dinamika keluarga Yusuf dan Maria, Yesus selalu mendapat tempat yang utama, dan karena itu selalu ada perlindungan, berkat, damai sejahtera dan sukacita pada keluarga ini. Sungguh, apa yang Yusuf dan Maria lakukan dengan menempatkan Yesus sebagai sentralitas kehidupan keluarga mereka, meresonansi apa yang Paulus juga katakan dalam Roma 11:36 TB2,
“Sebab, segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.”
Sebagai konklusi, ditengah keceriaan Natal tentu kita tidak menutup mata bahwa kehidupan keluarga kita di atas muka bumi ini tidak selalu mulus. Ada tantangan, rintangan dan pergumulan, sama seperti yang juga dihadapi Yusuf dan Maria. Tetapi ingatlah bahwa keluarga kita tidak sendirian: Tuhan Yesus beserta dengan kita. Hal yang sama pun pernah dihadapi oleh bangsa Israel, dan Allah menjanjikan bahwa Dia akan selalu beserta dengan mereka; seperti yang tertulis dalam Yesaya 41:13 TB2,
“Sebab Aku, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu, “Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.”
dan itu terwujud indah dengan kehadiran Yesus; bukan hanya untuk bangsa Israel, tetapi untuk kita semua yang percaya kepada-Nya. Natal ini, jadikanlah kehadiran Tuhan Yesus sebagai sukacita utama dalam keluarga kita. Amin. (CS)
____________________________

