PESAN GEMBALA RAYON JUNI 2024

Shalom,

Pada saat Doa Pengerja Rayon bulan lalu, kami sungguh merasakan hadirat Tuhan yang sangat kuat. Tuhan juga menyampaikan pesan melalui penglihatan, antara lain, ada jubah putih yang besar, Tuhan Yesus hadir dan berkenan kepada umat-Nya. Selain itu juga ada penglihatan tentang padi yang besar, serta ada api yang menyala tapi tidak menghanguskan. Ini berbicara tentang penuaian jiwa-jiwa. Kita harus bersiap-siap, sesuatu yang besar sedang terjadi, tuaian yang besar, tuaian yang dahsyat. Terlebih didepan kita ada Everyone Asia yang akan diselenggarakan pada tanggal 3-5 Juli 2024. Kita harus senantiasa dalam kondisi penuh Roh Kudus, berbahasa roh dan mengejar hadirat-Nya. Kita juga harus sepakat untuk tidak menjadi sombong dan tidak mabuk kemenangan saat tuaian besar terjadi. Sekali lagi kami tekankan untuk penuh Roh Kudus dan berbahasa roh!

Sebagaimana telah kami sampaikan bulan lalu, kami merasakan bagaimana dalam mendampingi pelayanan Gembala Pembina kali ini kami mengalami peperangan rohani yang luar biasa. Sehingga sekembalinya dari Amerika, Saya memutuskan untuk mengambil masa istirahat, membatalkan semua jadwal pelayanan dan banyak bertanya kepada Tuhan tentang apa yang akan Ia kerjakan kedepan ini.

Tuhan menyampaikan tentang Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis.

Lukas 1:5-25; 57-66

“Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya. Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ. Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan. Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya." Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu. Ketika selesai jangka waktu tugas jabatannya, ia pulang ke rumah. Beberapa lama kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya: "Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang."

“Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.”

Peristiwa yang dialami oleh Zakharia ini sangat menarik dan dapat menjadi pembelajaran bagi kita, jika boleh memberikan judul, saya memberikan judul peristiwa ini: “Bisu sebagai Proses Peremukan.” Dalam ayat yang kelima dan keenam kita mendapat penjelasan bagaimana Imam Zakharia dan istrinya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Namun uniknya, Zakharia tidak percaya saat Tuhan menyampaikan janji-Nya melalui malaikat (Ay 18-20). Dari sini kita belajar bahwa sekali waktu, orang benar namun saat menerima janji Tuhan, bisa jadi menyangsikannya dan tidak percaya. Maria juga pernah mengalami, “Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Lukas 1:34). Namun Maria taat. Ia mengatakan, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Lukas 1:38). Kita harusnya taat, seperti Maria.

Pembelajaran yang kedua yang bisa kita ambil adalah mengubah pola pikir. Dari cara berpikir “tidak mungkin”, “bagaimana mungkin terjadi?” menjadi percaya bahwa bagi Tuhan dan bagi orang yang percaya tidak ada yang mustahil. Untuk mengubah pola pikir seperti ini memang tidak mudah tapi bukan hal yang mustahil. Untuk bisa mengalami perubahan pola pikir, Zakharia mengalami bisu sampai Yohanes Pembaptis anaknya berusia delapan hari. Saya pribadi mengalami, bagaimana pola pikir saya diubah, saya masuk masa istirahat, tidak berkhotbah di Ibadah Raya dan selama diproses peremukan ini banyak nangis, banyak intim dengan Tuhan. Kalau kita mengalami hal yang tidak enak, banyak mengucap Syukur! Sebab dengan mengalami peremukan kita sedang diproses untuk menjadi serupa dengan Kristus. Itu sebabnya jangan mengelak dari proses, jangan lari dari panggilan kita, dan jangan mundur dari pelayanan! Yang perlu kita lakukan adalah mengubah pola pikir kita, dan percayalah apa yang tidak mungkin bagi kita, sangat mungkin bagi Tuhan. Jika Tuhan berfirman atau menyatakan janji-Nya, yakinlah bahwa Tuhan sanggup menggenapinya. Kita harus bangkit dan menjadi terang di era Pentakosta Ketiga ini. Seperti Yehezkiel memperkatakan agar tulang-tulang kering dibangkitkan, demikian juga yang saya alami. Sekali lagi, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Amin.

Share this Post: