Shalom,
Dalam perjalanan hidup kita, saat Tuhan mengizinkan dan membawa kita masuk ke dalam tempat persembunyian, dalam ‘gua’, saat tidak seorang pun yang mengetahui isi hati kita, mungkin salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah dengan memanggil nama-Nya. Mari simak apa yang dinyatakan dalam Alkitab:
a. Mazmur 61:2-4, “Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Allah, perhatikanlah doaku! Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku. Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh.
b. Amsal 18:10, “Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.”
c. Roma 10:13, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.”
Kalimat “berseru kepada nama Tuhan” dalam ayat ini juga diterjemahkan dengan “memanggil nama Tuhan”.
Waktu kita panggil nama-Nya, ada kuasa yang dahsyat. Kita yang berada dalam pergumulan, dalam ‘gua tempat persembunyian, Tuhan Yesus menjamah kita dengan kasih-Nya dan kuasa-Nya. Kekudusan-Nya serta kedahsyatan-Nya sedang dicurahkan atas kita. Untuk itu percaya saja dan alami jamahan-Nya. Tuhan memberikan kekuatan-Nya yang luar biasa untuk anak-anak-Nya.
Dalam pergumulan yang juga dialami Bunda saat berada dalam ‘gua’, Tuhan memberikan kepada Bunda satu lagu yang liriknya sangat sederhana, namun penuh kuasa, yakni nama Yesus.
Yesus
Yesus
Yesus
Tuhan.
Akhir bulan Maret 2025 kemarin, kami berkesempatan mendampingi Gembala Pembina untuk melayani di Melbourne, Australia. Peperangan demi peperangan rohani yang dialami juga luar biasa. Secara khusus dalam paspor Gembala Pembina. Sehingga yang seharusnya kami berangkat bersama dengan Gembala Pembina, terpaksa harus berangkat sesuai jadwal, sebagaimana diinstruksikan oleh Gembala Pembina, sementara beliau masih menunggu paspor diterima kembali, karena tertahan dalam mengurus visa.
Dua tahun lalu saat memimpin doa di Melbourne, Bunda mendapat penglihatan ada gorila besar yang mendatangi ke mimbar dan dengan nada marah menyampaikan ke Bunda: “Ngapain kamu disini?”. Mendapat penglihatan itu, Bunda langsung mengajak semua yang hadir untuk doa peperangan rohani.
Tahun ini, tanggal 28 Maret 2025 yang lalu saat Bunda berdoa untuk persiapan doa terobosan malam itu, Bunda mendapat penglihatan gorila yang sama, yang pernah mendatangi Bunda dua tahun lalu sedang memegang buku, lalu kemudian Bunda mendengar suara audible voice (suara yang didengar secara nyata) yang berbunyi seperti bunyi buku yang jatuh, dimana pada saat yang bersamaan dengan Bunda mendengar suara tersebut, Bunda melihat buku itu terlepas dari tangan gorila itu. Ketika buku itu terlepas, Bunda melihat buku itu berwarna hijau dan buku itu adalah paspor. Saat itu Bunda hanya menceritakan penglihatan dan soal suara audible voice yang didengar itu kepada Daddy Pieter saja. Daddy berkata, nanti saja kalau sudah benar-benar kejadian, baru diceritakan/disampaikan. Saat kami di tempat acara, kira-kira antara Pkl. 18.30 – 19.00 waktu setempat, kami mendapat kabar kalau paspor sudah keluar. Satu hal yang dahsyat adalah saat itu Gembala Pembina berangkat ke airport dengan iman, sebab paspor belum ditangan. Ketika sudah waktunya akan berangkat, di saat itulah mendapat kabar kalau paspor sudah keluar. Haleluya, Tuhan Yesus dahsyat!
Malam itu Daddy Pieter mengajar tentang bahasa roh. Daddy dan Bunda bersaksi bagaimana pada saat hampir kehilangan nyawa saat di Ambon pada waktu terjadinya kerusuhan disana. Pada waktu itu dalam perjalanan menggunakan speed boat, kami dihadang oleh sekelompok orang yang sudah siap dengan senjata dan siap menghujani dengan tembakan. Saat itu kami hanya berbahasa roh saja, dan puji Tuhan, Tuhan meluputkan. Malam itu juga kami menantang anak-anak muda yang belum dibaptis Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh untuk maju dan dipenuhi Roh Kudus. Banyak anak-anak muda dilawat Tuhan dan dipenuhi Roh Kudus serta berbahasa roh. Haleluya!
Tanggal 29 Maret pagi hari, kami menjemput Gembala Pembina ke bandara untuk memimpin doa pengerja Melbourne. Saat kami saksikan bagaimana dalam pertemuan doa tadi malam banyak yang dilawat dan berbahasa roh, Gembala Pembina menyampaikan bahwa ini merupakan sebuah konfirmasi. Gembala Pembina menyampaikan pesan Tuhan, bahwa setiap pujian, penyembahan harus ada bahasa roh, menyembah dengan bahasa roh.
Untuk kita yang di Rayon 3, mari kita perhatikan setiap ibadah-ibadah kita di Cabang/Ranting. Semuanya harus penuh Roh Kudus, sekalipun secara usia masih anak-anak. Ini era Roh Kudus, era Pentakosta Ketiga, bagi mereka yang belum dibaptis Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh, tantang mereka di Ibadah Raya, di COOL agar mereka dibaptis Roh Kudus dan berbahasa roh.
Hal lainnya yang menjadi catatan penting dari perjalanan pelayanan ke Melbourne ini adalah bagaimana pada waktu mengadakan doa keliling ke sebuah tempat bernama Shrine of Remembrance (terletak di Kings Domain di St Kilda Road. Dibangun untuk menghormati pria dan wanita Victoria yang bertugas dalam Perang Dunia I, tetapi sekarang berfungsi sebagai tugu peringatan bagi semua warga Australia yang pernah bertugas dalam perang apa pun, bahkan termasuk pahlawan Hak Azasi Manusia yang memperjuangkan LGBT, itu sebabnya ada bendera simbol LGBT yang berkibar disana). Bunda baru pertama kalinya ke tempat ini. Dan saat doa keliling itu Bunda dan tim mencari-cari dimana bendera itu, ternyata sejak tahun lalu sudah tidak lagi ditemukan bendera LGBT itu dikibarkan disana. Tuhan Yesus dahsyaaaaaat! Haleluya.
Hari-hari ini adalah hari-hari yang luar biasa, masuk Tahun Penuaian 2025, dan Tuhan menyuruh kita untuk banyak menanti-nantikan Tuhan, agar mengalami seperti yang dijanjikan dalam Yesaya 40:31, “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
Sekarang ini, banyak tugas menanti untuk kita lakukan. Namun kami mengajak kita semua untuk tetap bersukacita, sebab apapun yang kita hadapi dan alami, ujung-ujungnya kita pasti menang karena ada hadirat Tuhan yang melingkupi dan menyertai kita. Kita harus sukacita, karena hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Amsal 17:22). Tantangan boleh datang, tetapi kita harus bangkit!.
Pada tanggal 8 April 2025 yang lalu, Tuhan memberikan kita kepercayaan untuk menjadi insiator dan motor bagi terlaksananya kegiatan silahturahmi tokoh agama dan tokoh Masyarakat dalam acara “Halal Bihal Tahun 2025” di Greenotel, Cilegon yang dihadiri oleh Gubernur Banten dan tokoh-tokoh kunci lintas agama. Hal ini dapat terlaksana karena kita menabur, kita memfasilitasi tempatnya dan akomodasinya. Ingat, untuk menuai harus menabur.
Mazmur 126:5-6 mengatakan, “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”
Menuai itu adalah sebuah keniscayaan, sebuah kepastian, jika kita menabur dengan benar! Perkatakan yang sesuai Firman Tuhan, Jangan ngomong sembarangan, jangan memperkatakan perkataan yang sia-sia. Perkatakan berkat atas diri kita, keluarga, pelayanan, bisnis/usaha, dan gereja kita. Dan Jangan takut menjadi lelah! Ingat, pemain utama yang terjun dalam pertandingan di lapangan pasti lelah, yang tidak lelah itu pemain cadangan.
Firman Tuhan mengajar kita untuk “menabur dengan mencucurkan air mata”, artinya bayar harga, pikul salib. Lukas 9:23 menyatakan, “Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Murid Yesus yang sejati pasti menyangkal diri dan memikul salib setiap hari. Maju teruuuuus... itu membuat kita makin serupa dengan Kristus. Jangan pernah menyerah. Kita harus punya mental yang tangguh. Jangan gampang ‘ngambek’ dan mudah tersinggung. Kita harus melatih mental kita.
Apa yang membuat seseorang dapat bertahan mengikut Kristus? Salah satunya seperti yang tertulis dalam 2 Tawarikh 16:9a, “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.” Kata bersungguh hati dalam ayat ini salah satunya diterjemahkan dengan fully commited. Ciri orang yang berkomitmen penuh salah satunya adalah baginya yang penting Tuhan disenangkan, sekalipun ‘daging’nya tidak senang. Selain itu, yang penting kita menjalani dengan benar sesuai tuntunan dan kehendak-Nya dan Tuhan disenangkan, tidak peduli orang lain senang atau tidak.
Rasul Paulus mengingatkan dalam 2 Timotius 2:4, “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”
Seorang prajurit yang berkenan kepada komandannya tidak akan cinta uang, tidak kompromi dengan dosa, dan tidak mengasihani diri sendiri. Kita harus siap bayar harganya! Sebuah ungkapan mengatakan, “to receive, cost nothing; to follow Jesus, cost something; but to be like Jesus, cost everything”.
Wahyu 12:11 menyatakan, “Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.” Dengan jelas dan tegas ayat ini mengatakan baha iblis dikalahkan dengan darah Anak Domba, perkataan kesaksian orang percaya dari mereka yang tidak mengasihi nyawa sampai ke dalam maut (tidak takut mati). Kita pasti menuai tapi harus bayar harga! Amin.
Tuhan Yesus memberkati.