Shalom,
Kita bersyukur kepada Tuhan Yesus, sebab di bulan Agustus yang lalu Republik Indonesia merayakan HUT ke-80 Tahun. Artinya, selama 80 Tahun sudah kita menghirup kemerdekaan. Tentunya, kerinduan kita semua Adalah setiap orang bukan hanya mengalami kemerdekaan dalam hal berbangsa dan bernegara, melainkan juga kemerdekaan secara rohani, dimana jiwa-jiwa yang masih dibelenggu oleh iblis mengalami kemerdekaan dan dituai bagi kemuliaan Tuhan.
Pada Doa Pengerja di bulan Agustus yang lalu, Tuhan memberikan janji kemerdekaan bagi kita. Tuhan rindu memerdekakan kita dari dosa, dari hal-hal yang tidak Tuhan sukai, juga Merdeka dari jerat hutang. Itu sebabnya, mari kita berdoa dan meminta kepada Tuhan untuk mengalami kemerdekaan tersebut. Pertama, kita perlu berdoa meminta ampun terlebih dahulu kepada Tuhan atas segala kesalahan dan pelanggaran kita, lalu berdoa minta Tuhan merdekakan kita.
Tuhan kembali menginatkan kita akan janji-Nya dalam 2 Tawarikh 7:14, “…dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.”
Tuhan mengingatkan kita bahwa jika kita ingin melihat pemulihan di bangsa ini, dimulai dari kita. Kita sebagai umat-Nya harus merendahkan diri, berdoa, mencari wajah Tuhan lalu berbalik dari jalan-jalan yang jahat. Kita harus minta ampun dan juga mengampuni. Kita harus lebih lagi takut akan Tuhan. Kalau gereja bertobat dan mengalami jamahan Roh Kudus, baru tanahnya menjadi sembuh/pulih (God heals the land).
Ada hal menarik yang patut kita syukuri sebagai bangsa Indonesia. Sebuah survey longitudinal (2021-2026) yang melibatkan 200.000 orang peserta di 22 negara, bernama Global Flourishing Study (GFS) yang dilaksanakan oleh Human Flourishing Program di Harvard University (dipimpin oleh Tyler J. VanderWeele) dan Institute for Studies of Religion di Baylor University (dipimpin oleh Byron R. Johnson), dengan dukungan pelaksanaan data oleh Gallup, serta Center for Open Science (COS) mengukur "flourishing" melalui enam domain utama yakni:
1. Happiness & Life Satisfaction (kebahagiaan dan kepuasan hidup)
2. Mental & Physical Health (kesehatan mental dan fisik)
3. Meaning & Purpose (makna dan tujuan hidup)
4. Character & Virtue (karakter dan nilai moral)
5. Close Social Relationships (hubungan sosial dekat)
6. Material & Financial Stability (ketahanan materi dan finansial)
Hasil awal yang dipublikasikan di Nature Mental Health dan berbagai media menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat teratas sebagai negara dengan skor flourishing tertinggi (sekitar 8,47), diikuti oleh Meksiko dan Filipina. Indonesia meraih skor tinggi terutama karena kekuatan dalam hubungan sosial, keterlibatan komunitas, dan aspects pro-sosial meski status ekonomi relatif rendah. Puji Tuhan!
Kami berdoa, kiranya semua yang membaca tulisan ini pada hari ini, maka hari ini juga menjadi hari pertobatan. Kita harus memiliki komitmen untuk berubah.
Sebagaimana pesan yang Tuhan ingatkan dalam Wahyu 11:1, “Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.” Tuhan sedang mengukur kita dan standarnya Adalah standar surga.
Pertama yang diukur adalah bait suci Allah, di masa kini ini bisa berbicara tentang kumpulan orang-orang percaya, ibadah raya, cool, dan persekutuan. Yang diukur Tuhan salah satunya terkait dengan pengajaran di ‘bait Allah’, jangan sampai ada kompromi, termasuk di COOL. Jangan sharing sembarangan, jangan main-main, Tuhan mau terjadi pemuridan terjadi di setiap kelompok COOL. Pemimpin COOL harus bijaksana dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari anggota COOL terkait dengan ajaran. Jangan kompromi. Harus sesuai standar Tuhan! Untuk mencapai standar Tuhan, mau tidak mau, kita harus dimurnikan.
Kedua, yang diukur Adalah mezbah. Mezbah disini berbicara tentang doa, pujian dan penyembahan (Ibrani 13:15). Doa, pujian dan penyembahannya harus sesuai standar, jika sesuai maka akan terjadi revival. Tuhan mau mezbah yang ada menjadi dupa yang harum. Itu sebabnya Tim pemuji dan penyembah di gereja kita diseleksi agar sesuai dengan standar.
Berbicara Mezbah berarti ada korban, artinya ada harga yang harus dibayar. Waktu berdoa, memuji dan menyembah Tuhan ada harga yang harus dibayar. Ini berbau harum dihadapan Tuhan. Pada April 2020, James W. Goll menyampaikan bahwa panggung sedang dimurnikan Tuhan, dimana pada saat ini terjadi pandemi dan semua gereja ditutup. Sekarang setelah gereja kembali buka, mimbar gereja hanya untuk Tuhan, artinya jangan ambil keuntungan dari pelayanan, jangan ambil kemuliaan dari situ.
Ketiga, yang diukur adalah mereka yang beribadah di dalamnya. Ini berbicara tentang semua kita. Mari kita evaluasi, apakah kita mengalami jamahan Tuhan tidak? Apakah malah mengantuk saat ibadah? Kita semua diukur, termasuk bagaimana cinta kita kepada Tuhan, bagaimana kita membaca alkitab, berbahasa roh, serta apa motivasi pelayanan kita? Untuk apa aku melayani? Apa yang aku cari? Jangan mencari popularitas, jangan cari uang, semua pelayanan yang kita lakukan hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, agar kita semua masuk surga. Kita mau menjadi murid dan kita rindu orang-orang lain juga menjadi murid. Murid hidup dalam ketaatan, kekudusan, berjuang hidup kudus dan menjaga kerendahan hati, makin dipakai Tuhan Yesus tidak menjadi sombong, sebaliknya semakin mawas diri, dan menjaga hati dengan segala kewaspadaan.
Kita terus dibawa dan diajar Tuhan agar kita bisa menuai, dan setelah menuai kita tetap rendah hati. Ingatlah bahwa tujuan utama kita adalah menjadi seperti Yesus, bukan popularitas, bukan kekayaan. Tuhan mau kita hidup berkelimpahan, agar kita bisa menjadi berkat. Tujuannya bukan menjadi kaya, tapi menjadi seperi Yesus. Sedangkan tugas utama kita menyelesaikan amanat agung. Jangan sekedar jadi penonton, jangan jadi kritikus yang sekedar mencari kesalahan orang lain. tanpa sadar ini salah satu bentuk kesombongan.
Rasul Paulus dalam 2 Korintus 5:11 menyatakan, "Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Allah mengenal kami dan aku harap kamu juga mengenal kami menurut penilaian hati nuranimu (TB2)." Kita sepakat untuk melakukan kebenaran Firman Tuhan dan makin hidup takut akan Tuhan. Menjadi Kristen adalah soal apa yang Tuhan kenali tentang kita. Belas kasihan, memilih untuk hidup kudus, hidup takut akan Tuhan adalah hal-hal yang seharusnya Tuhan kenali tentang kita. Karena itu, kita harus dengan konsisten melakukannya. Kita harus lebih takut akan Tuhan daripada akan manusia.
Hargai yang Tuhan percayakan kepada kita, jangan mengangkat-angkat diri sendiri. Jangan memandang rendah orang lain. Kami berdoa agar sampai tahun 2033 nanti jangan sampai ada seorang pun yang gugur, jangan sampai ada yang rontok. Tahun 2025 adalah Tahun Penuaian. Tahun penuaian identik dengan tahun peperangan rohani. Kita harus berjaga-jaga, raih kemenangan yang dahsyat, kemenangan yang gilang-gemilang. Kedatangan Tuhan Yesus sudah sangat-sangat singkat. Hari-hari ini adalah hari-hari yang krusial, spesial, dan luar biasa. Kita harus senantiasa berjaga-jaga. Amin. Tuhan Yesus memberkati!